RODA-roda itu menggaruki tanah, raungan suara mesin itu
melompati gundukan-gundukan yang dibangun di sirkuit milik pribadi
seluas 1.5 hektar tersebut. Begitulah suasana yang terlihat di Irwan
Ardiansyah Motocross Academy (IAMA) yang terletak di Jalan Parangtritis,
Km 4.5, Yogyakarta setiap menjelang sore. Olahraga motocross di
Yogyakarta, khususnya, menunjukkan perkembangan yang pesat, terutama
setelah sekolah balap khusus motocross yang dikelola oleh crosser
profesional yang telah mencetak banyak sekali prestasi.
Sebenarnya
Motocross di Yogyakarta sudah marak sejak tahun 1992-an. Irwan
Ardiansyah bisa dibilang sebagai pionernya, dia lah sosok yang selama
ini konsisten bergelut di dunia balap motor. Beragam prestasi telah
diraihnya baik nasional maupun internasional, di antaranya, Juara
Nasional Motocross sejak 1996 hingga 2002. Prestasi pertama pria yang
akrab disapa Dian ini adalah menjadi Juara Umum Motorcross Pemula 125 cc
Seri Brawijaya pada tahun 1993, dilanjutkan dengan Juara Nasional
Runner Up Road Race 2 Tak 110 cc Region II, Meraih 2 medali emas, 1
medali perak dan 1 medali perunggu PON XVI Sekayu (2004), hingga banyak
lagi prestasi di bidang Road Race.
Sedangkan
untuk Internasional, Dian memulai prestasinya di tahun 1995, menjadi
Juara III Pemula 250 cc GFI Winter Series LACR California, Amerika
Serikat, Peringkat VII 125 cc KTM Supercross Perth Australia (1996),
Juara IV FIM Asia Supercross Medan (2001), hingga Peringkat IV FIM Asia
Supercross (2002).
Setelah pensiun dari balapan
nasional motocross yang memberikannya 7 gelar nasional, Dian banting
stir ke road race, mengelola bisnis, dan melatih para crosser yang siap
berlaga dan mengukir prestasi seperti dirinya. Menurut Dian, atlet
Motocross selalu mengalami regenerasi, maka itu pria yang beberapa kali
belajar balap motor di luar negeri, di antaranya di Jim Holley MX
School, California, dan Donnie Hansen Motocross Academy (DHMA), Amerika
Serikat ini menerima tawaran beberapa rekanannya yang meminta Dian untuk
mengajar.
Setelah menyiapkan sirkuit, mekanik,
hingga mes atlet, 2006 lalu IAMA pun didirikan. Di sini, calon crosser
diberi bekal agar bisa merintis karier sebagai crosser profesional. Para
murid IAMA diajarkan mulai dari teknik dasar mengendarai motor, menjaga
stamina, posisi badan (riding position), menghadapi track lurus, tinkungan, hingga membuka gas.
Agar
latihan bisa fokus, dan prestasi pun bisa diraih, Dian membatasi
murid-murid yang ingin belajar di sekolahnya. “Mes di sini kan terbatas,
sirkuit juga tidak terlalu besar, maka agar lebih fokus prestasi, kami
membatasinya,” ujar Dian ketika ditemui di IAMA beberapa waktu lalu.
Pria
kelahiran Yogyakarta, 20 September 1977 ini mengatakan bahwa
efektifnya, ia hanya melatih 4-5 crosser. Agar lebih maksimal, Dian
mengatakan bahwa untuk menjadi seorang crosser profesional sebaiknya
dimulai sejak usia enam tahun.
“Stamina juga harus bagus, pola hidup juga harus disiplin,” tegasnya.
Pria
yang sejak kecil memang bercita-cita menjadi pembalap ini berujar kalau
sudah di sirkuit, seorang pembalap itu harus fokus. Semakin tinggi
teknik yang digunakan, maka stamina pun semakin terkuras. Sebagai
pembalap profesional yang telah menghasilkan banyak prestasi, Dian juga
menyayangkan pihak pemerintah yang kurang memperhatikan kemajuan dunia
otomotif, khususnya balap motor. Menurutnya peminat balap motor cukup
banyak, dan membangun sebuah sirkuit dengan standart internasional
merupakan investasi yang bagus,
“Karena akan menjadi aset yang besar, di antaranya bisa mengundang turis, dan menjadi sorotan dunia,” jelasnya.
Berdasarkan
beberapa pengalamannya ke luar negeri, Dian menyayangkan bahwa
Indonesia yang memiliki aset wisata yang begitu besar, namun tidak
memiliki sirkuit berkualitas dunia.
“Coba kita
lihat Malaysia, di sana tidak ada pembalap yang berprestasi menonjol,
namun pemerintahnya mau membangun sirkuit Sepang, yang kini jadi sorotan
dunia,” tegas Dian.
Di Yogyakarta khususnya,
belum ada sirkuit permanen untuk motocross, padahal menurut Dian, untuk
membuatnya sangat murah, yaitu cukup menyediakan tanah yang luas,
membentuk gundukan-gundukan untuk jumping, dan ada sumber air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar